Kamis, 04 Agustus 2011

Indonesia

Wisata kuliner yang saya datangi di bandung nih ada batagor, ketan bakar, lontong kari, mie kocok.. yummyyy :))
 ini makanan menengah kebawah yang saya coba..
gak semua mknan murah meriah itu gk enak n gak baik hehe ^^



Ini namanya lontong kari.. kalo jalan2 ke gedung sate bandung, mampir aja di kedai yang ada di depan nya, karena ada banyak yang jual lontong kari (berjejeran) murah banget Cuma 6 ribu rupiah aja ^^





 Sedangkan ini adalah mie kocok.. ini bisa ditemui di mana2..
tappi kebetulan aku sama temen2 makan mie kocok ini di tangkuban perahu.. harganya 10 ribu (agak mahal) maklum aja namanya jg di tempat wisata jd harga apapun sdikit lebih mahal :( 





ini adalah puncak dari tangkuban perahu :)) jadi kalo ke bandung jangan lupa mampir ke tangkuban perahu.. 
tempatnya sejuk, enak bgt buat wisata.. 
tapi harus siapin duit cukup bnyk (bagi yang suka belanja).. 




ini di kawah domas... (bagian air panas)
disini kita bisa luluran juga sama belerang (bisa beli sama aa nya bahan buat luluran),, bisa masak juga alna kawah ini mengeluarkan air panas.. 
banyak tuh turis asing maupun dalam negri yg jauh2 kesini.. 
baik luluran maupun masak telur haha :p

Selasa, 02 Agustus 2011

Bawang Daun

Bawang daun diduga berasal dari daerah Asia Tenggara (Cina dan Jepang) yang memiliki iklim panas (tropis). Pada mulanya, tanaman bawang daun tumbuh secara liar. Kemudian secara berangsur-angsur sesuai dengan perkembangan peradaban manusia tanaman ini dibudidayakan sebagai bahan sayur (daun dan batang) dan bahan obat (akar, batang dan daun). Di Indonesia, budidaya bawang daun pada mulanya terpusat di pulau Jawa (Jawa Barat dan Jawa Timur), terutama di daerah dataran tinggi  (pegunungan) yang berhawa sejuk (dingin), seperti Cipanas, Cianjur, Lembang (Bandung) dan Malang (Jawa Timur) (Cahyono, 2005).


ini foto tanaman Bawang daun, ukuran nya agak besar dan ada bunga nya ^^


Bawang daun (Allium sp) merupakan tanaman setahun yang berbentuk rumput. Disebut bawang daun karena bagian yang dikonsumsi hanyalah daunnya atau bagian daun yang masih muda. Pangkal daunnya membentuk batang semu dan bersifat merumpun. Oleh karena nilai ekonomi tanaman ini terletak pada daunnya, maka serangan organisme penggangu tanaman pada bagian daun bawang perlu diperhatikan. Serangan patogen menjadi salah satu kendala yang sering terjadi dalam kegiatan budidaya tanaman. Adanya penyakit dapat memberikan dampak yang buruk terhadap proses budidaya sehingga mengakibatkan penurunan kualitas maupun kuantitas produksi. Tanaman yang terkena serangan patogen dengan intensitas tinggi akan mengalami kematian sehingga mengakibatkan petani rugi karena gagal panen. Oleh karena itu petani mengharapkan penerapan teknologi pengendalian penyakit tanaman yang meliputi pencegahan (preventif) maupun pengobatan (kuratif) agar tidak mengalami kerugian.  

Penyakit penting yang sering terjadi pada tanaman keluarga bawang-bawangan (Liliace) adalah penyakit 
bercak ungu (Alternaria porri), busuk lunak (Erwinia carotovora), 
bercak daun cercospora (Cercospora duddiae) dan busuk daun (Peronospora destructor). 

Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun
Bawang daun termasuk famili Liliaceae dan terdapat tiga jenis bawang daun yang dibudidayakan di Indonesia, antara lain: bawang bakung atau bawang semprong (Allium fistulosum L.) memiliki ciri berdaun bulat panjang berbentuk pipa, bawang prei atau leek (Allium porum L.) memiliki cirri daun yang tidak lebih lebar dibandingkan dengan bawang merah maupun bawang putih dan tidak berumbi, daun berbentuk pipih berpelepah panjang dan liat, dan kucai (Allium schoercoprasum), memiliki cirri berdaun kecil, panjang, berongga dan berwarna hijau serta berumbi kecil.
Bawang daun banyak mengandung vitamin C, vitamin A, dan sedikit vitamin B. Kandungan zat gizi bawang daun lebih baik daripada bawang merah. Dalam kehidupan sehari-hari, bawang daun digunakan sebagai bumbu masakan.
Bawang daun (Allium sp) yang ditanam di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang merupakan varietas-varietas baru yang cocok untuk dibudidayakan di dataran tinggi. Bawang daun tersebut merupakan tanaman setahun yang berbentuk rumpun. Disebut bawang daun karena bagian yang dikonsumsi hanya daunnya atau bagian daun yang masih muda. Pangkal daunnya membentuk batang semu dari batang utama yang pendek dan berbentuk cakram. Pada bagian cakram inilah muncul tunas daun dan akar serabut.
 Struktur bunga bawang daun sama dengan struktur bunga bawang merah. Warna bunganya putih. Pada bunga tersebut terdapat  biji yang ketika masih muda berwarna putih dan setelah tua berwarna hitam. Bila kering, biji akan mudah menjadi tepung. Beberapa kultivar bawang daun sukar berbunga di Indonesia seperti halnya bawang merah.
Bawang daun dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian 250-1500 m dpl, walaupun di dataran rendah anakan bawang daun tidak terlalu banyak. Pada daerah yang memiliki curah hujan 150-200 mm/tahun dan suhu harian 18-25 °C cocok untuk pertumbuhan tanaman bawang daun
(W. Setiawati, 2007). Syarat tumbuh bawang daun terpenuhi di daerah Lembang Bandung dengan  ketinggian 1.250 m diatas permukaan laut (Dpl). Dilihat dari segi geologisnya, jenis tanah dikawasan tersebut merupakan tanah andosol dengan   tipe iklim B dengan suhu rata-rata harian berkisar antara 19-24° C serta curah hujan 2.207,5 mm/tahun.

Teknik Budidaya Tanaman Bawang Daun
1. Benih
Benih bawang daun yang digunakan berasal dari tunas anakan (stek tunas). Tunas anakan yang diperoleh berasal dari pemisahan anakan yang sehat dan yang bagus pertumbuhannya dari induknya.

2. Persemaian
Bibit yang berasal dari stek tunas dapat langsung ditanam di lapangan dengan mengurangi perakarannya terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi penguapan. Benih dari biji terlebih dahulu harus disemai sebelum ditanam langsung di lapangan. Media semai yang dipergunakan berupa campuran pupuk kandang (kotoran kuda) dan tanah dengan perbandingan 1:1 dan sudah digemburkan terlebih dahulu. Biji kemudian disebar secara merata kemudian ditutup dengan lapisan tanah tipis dimana ketebalannya mencapai 0,5-1 cm. dan di siram secukupnya. Bibit siap dipindahkan ke lapangan bila sudah terdapat 2-3 helai daun. (W.Setiawati,2007)

3. Penyiapan Lahan dan Persiapan Penanaman
Lahan yang dibutuhkan untuk penanaman bawang daun terlebih dahulu dicangkul dengan kedalaman 30-40cm, kemudian ditambahkan pupuk kandang (kotoran kuda). Hal ini dilakukan dikarenakan bawang daun membutuhkan tanah yang gembur untuk pertumbuhannya. Kemudian disiapkan bedengan dengan lebar 1-1,2m dengan panjang sesuai kebutuhan di lapangan. Dibuat parit antar bedengan dengan kedalaman dan lebar 30 cm. Pembuatan parit dilakukan agar drainase yang lancar, sehingga tidak akan terjadi penumpukan genangan air. Jarak tanam yang digunakan yaitu 20 cm x 25 cm, 25 cm x 25 cm atau 20 cm x 30 cm. Penanaman bawang daun dilakukan dengan cara mebuat lubang tanam atau tunas anakannya ditanam dengan posisi yang tegak lurus kemudian ditimbun lagi menggunakan tanah dan disiram secukupnya.

4. Pemeliharaan dan Pemupukan Tanaman
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiangan terhadap gulma, hal ini dilakukan bersamaan dengan pendagiran untuk menggemburkan tanah yang mungkin mengalami pemadatan. Selain itu juga diperlukan penimbunan pada pangkal batang. Hal ini dilakukan untuk memperoleh warna putih pada batang semu bawang daun (W.Setiawati,2007). Penyiraman pada tanaman bawang daun harus dilakukan terutama jika bawang daun ditanam pada musim kemarau, sedangkan jika ditanam pada musim penghujan maka drainase harus sangat diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi genangan air di lahan.
Pemupukan yang diusahakan untuk tanaman bawang daun pada saat pengolahan tanah meliputi pupuk kandang dengan dosis 10-15ton/ha. Pupuk lain yang digunakan adalah urea 200kg/ha yang diberikan sebanyak dua kali, yaitu pada saat tanaman berumur 21 hari (setengah dosis) dan sisanya pada saat tanaman berumur 42 hari. Untuk pupuk SP 36 dan KCL juga diberikan dua kali seperti pupuk urea, dengan dosis pemupukan pertama SP 36 sebanyak 50 kg dan KCL 50 kg. dan untuk pemupukan kedua SP 36 sebanyak 50 kg dan KCL 25 kg. pemupukan ini dilakukan dengan dibuat larikan kurang lebih 5cm dari sisi kiri dan kanan batang, dan menaburkan pupuk pada larikan dan kemudian larikan tersebut ditimbun kembali dengan tanah.

5. Panen dan Pasca Panen
Tanaman bawang daun sudah dapat di panen pada umur dua bulan setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman termasuk akar. Apabila tanaman ingin ditanam kembali maka di buanglah bagian akar, dan daun yang busuk atau layu, dan dilakukan pemilihan anakan tanaman yang sehat. Tanaman ini juga harus dipisahkan antara yang akan di jual dan yang akan di tanam kembali. Sortasi sederhana yang dilakukan ialah menggabungkan rumpun yang berdaun besar secara terpisah dengan rumpun yang berdaun kecil. Bawang daun tidak mudah tahan lama sehingga perlu segera untuk dipasarkan agar mutunya masih baik hingga ke tangan konsumen.

Sumber::
Aak. 1998. Pedoman Bertanam Bawang. Kanisius. Yogyakarta
Cahyono, B. 2005. Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Bawang Daun. Kanisius. Yogyakarta.
 Pracaya. 1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rismunandar. 1986. Membudidayakan 5 Jenis Bawang. Sinar Baru.Bandung.               
                        Semangun,H. 1989. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Setiawati,W. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Sudjono, 1989. Ketahanan Varietas Unggul dan Kehilangan Hasil Kacang Tanah Terhadap Penyakit Karat dan Bercak Daun Cercopora. Jurnal Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balittan Bogor; 9 (1) : 19-22.
W.E. Splittstoesser. 1984. Vegetable Growing Handbook. The Avi Publishing    Company. Inc